Ibadahmu Berdagang Atau Memang Bersyukur?

Banyak di antara kita, termasuk juga saya, ibadahnya masih jelek. Masih suka hitung-hitungan. Untung rugi. Masih suka berdagang kepada Allah.

Apalagi bagi yang saat ini sedang punya persoalan hidup. Wow, ibadahnya kenceng banget. Langsung larinya ke Allah, ke Tuhan. Berharap dengan ibadahnya tersebut, maka persoalannya bisa segera selesai.

Terlebih lagi kalau dalam Islam, begitu banyak amalan atau sholat yang memang punya tujuan tertentu. Seperti sholat dhuha agar rezeki lancar, sholat tahajud, agar mudah segala urusan, sholat hajat agar hajatnya cepat terkabul, dan sebagainya.

Belum lagi amalan-amalan wirid tertentu yang mengandung fadilah atau manfaat tertentu. Ini lebih banyak lagi.

Mungkin anda juga ingin membaca : Puasa Ramadhan , Penyebab rezeki seret, Guru kehidupan , Setiap orang itu unik.

Entah yang baca wirid puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali untuk tujuan tertentu. Semua itu adalah amalan yang bagi Saya berdagang kepada Allah.

Ya Allah, Saya sudah sholat dhuha, berikan kelancaran rezeki ya, ya Allah, saya sudah baca ini ratusan kali, beri saya kemudahan ya, dan sebagainya.

Ibadahnya ditukar dengan hajatnya. Mungkin, Anda bertanya. Apakah salah jika begitu?

Tidak. Sama sekali tidak salah. Hanya saja, sebagai manusia, sebenarnya kita sudah dianugerahi begitu banyak keberlimpahan rezeki. Sudah diberi begitu banyak rahmat.

Tapi, kita tak sadarkan diri. Masih saja ingin ini, ingin itu, seperti Doraemon. Hehehe…

Apakah salah? Sekali lagi, tidak salah.

Manusia dengan berbagai levelnya, memang punya tingkatan masing-masing. Tapi, rata-rata, sebagian besar masih banyak yang berdagang kepada Allah dengan segala macam ibadah dan ritual yang dilakukannya.

Ibadah dan ritual tak digunakan sebagai media untuk bersyukur kepada Allah karena begitu besar anugerah yang telah Allah berikan kepada kita.

Memang betul, beberapa ibadah atau amalan seperti di atas dulu diajarkan oleh Rosullullah kepada umat dan sahabatnya.

Tujuannya agar umatnya benar-benar imannya tak goyah. Karena mereka belum selevel nabi yang sudah punya keberserahan secara murni dan totalitas.

Tetapi, seiring berjalannya waktu, ketika tingkat kesadarannya sudah tinggi dan meluas, terutama sahabat-sahabat nabi, ibadah mereka pun tak ditukar dengan rezeki dan berbagai hajat dalam hidup.

Ibadah mereka hanya karena rasa syukur kepada Allah. Ketika ibadah didasari dengan rasa syukur, maka semuanya justru malah tercukupi.

Jika memang di antara Anda level ibadahnya masih untuk dagang, ya tak masalah. Lakukan saja.

Namun, bila Anda ingin memperbaiki dan mau meningkatkan kesadaran Anda sehingga mau menaikkan level pada rasa syukur, itu lebih bagus.

Karena itulah cara untuk mendapatkan kedamaian sejati.

Mari merenung dan berlatih sahabat. Saya pun masih terus berlatih sebisa dan semampu Saya.

Karena hidup itu adalah perjalanan. Ketika kita melakukan perjalanan dengan diiringi kesadaran yang bertumbuh, maka kita tak akan mudah mengeluh, bahkan hanya rasa syukurlah yang terpancar di dalam batin.

Share jika bermanfaat

Join dan follow channel telegram dan Instagram Saya, klik link di bawah ini

Channel Telegram https://t.me/saifussalamkuncirezeki

Instagram https://www.instagram.com/saifus_salam/