Berdamailah Dengan Riba, Jangan Memusuhinya

Tema ini sudah pernah Saya buat dalam video Saya di chanel saifus salam. Jika Anda sudah pernah menontonnya, boleh abaikan. Tapi, jika ingin menyimaknya, baca sampai selesai.

Karena bisa jadi ada informasi penting yang mungkin belum Saya sampaikan di video Saya. Jadi, baca saja ya. Hehehehe….

Begini, salah seorang peserta seminar online Saya bertanya kepada Saya tentang pekerjaannya, yaitu bekerja di sebuah dealer motor atau kredit motor saya lupa. Yang jelas, bagi sebagian besar orang yang terlalu fanatik dengan hukum fikih, maka itu pekerjaan yang mengandung riba.

Bahkan, Anda saat ini yang punya hutang di bank atau instansi apa pun yang ada bunganya, menganggap itu adalah riba.

Tentu, Anda pun tahu doktrin soal riba di agama Islam. Begitu orang takut dan khawatirnya soal riba. Ya, memang itu adalah larangan dari agama. Dan sesuatu yang dibungkus dengan agama, maka itu menjadi hal yang benar-benar diyakini.

Di sini Saya tidak membahas fikih. Karena ini bukan ranah Saya.

Yang ingin Saya bahas di sini adalah kaitannya dengan cara menyikapi hal yang dianggap riba. Begini, bagi Saya, riba itu adalah sesuatu yang memang benar-benar merugikan.

Jika Anda bekerja di bank, bekerja di dealer, kredit atau apa pun itu, bukankah semua pekerjaan itu tujuannya adalah untuk memberikan manfaat orang lain?

Dan ketika Anda pinjam uang ke bank, bukankah bank itu menolong Anda di saat Anda benar-benar butuh uang? Ada pun Anda belum bisa melunasi hutang Anda itu adalah urusan lain.

Bukan berarti ketika Anda setelah ngaji ke ustadz, kiai, atau siapa pun yang mengatakan riba, lalu Anda sok-sokan ingin keluar dari riba karena Anda sudah punya pandangan bahwa riba itu haram?

Di Al-quran saja tidak disebutkan dengan jelas riba itu yang seperti apa. Tak ada penjelasan soal hutang di bank itu riba, bekerja di jasa kredit itu riba, dan sebagainya. Bukankah hukum itu yang membuat adalah manusia?

Dosa ataukah tidak bukankah hanya Allah yang tahu? Tahu apa manusia soal dosa, pahala, surga, dan neraka? Bukankah itu murni hak prerogatifnya Allah?

Ketika ada anggapan bahwa apa yang Anda lakukan adalah riba. Dan riba sama dengan haram. Haram sama halnya dosa, maka yang muncul dalam diri Anda adalah rasa takut.

Dan rasa takut inilah yang sebenarnya mengancam dirimu dan membuat hidupmu tidak ada perubahan yang lebih baik. Ya, karena Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya.

Ketika ada anggapan soal riba, yang terjadi adalah ketakutan. Takut dosa, takut neraka, takut hukuman Allah, dan sebagainya.

Mungkin anda juga ingin membaca : Penyebab rezeki seret , Jadilah orang mampu , Dampak Buruk Beratensi pada Virus corona , Guru kehidupan kita sendiri

Hellowww….. Anda itu masih hidup di dunia. Jika Anda merasa hidup Anda tidak berubah dan hidup Anda malah semakin terpuruk, sebenarnya itu karena ketakutan Anda sendiri.

Kita masih hidup di dunia brow…. Belum di akhirat. Belum disiksa oleh Allah. Kehidupan yang saat ini terpuruk itu adalah akibat diri Anda sendiri.

Karena takut soal riba, takut dosa, takut ancaman, lantas ketika ada sesuatu buruk yang terjadi dalam hidup Anda, itu semua karena ketakutan Anda sendiri.

Dan cerita-cerita orang yang katanya kena adzab karena riba itu adalah karena keyakinan mereka sendiri. Sebab, keyakinan bahwa itu adalah riba, dan riba bisa mendatangkan malapetaka itulah yang mengundang malapetaka ke dalam hidupnya.

Nyatanya, ada juga orang-orang yang hutang bank untuk usaha, mereka hidupnya malah semakin kaya dan berlimpah. Mungkin, Anda berkata, “Dia itu dapat istidraj dari Allah”

Jika Anda belum tahu, Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya apakah dia bertobat atau semakin jauh.

Nah, ini penyakit manusia. Sukanya menghakimi. Anda bukan Allah lho….. Tahu dari mana kalau dia itu kena istidraj?

Ah, sudahlah. Yang jelas, jangan memusuhi riba. Semua pekerjaan itu baik jika memang tujuannya untuk menolong dan bermanfaat bagi orang lain.

Yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara menyikapinya. Jangan pakai istilah riba jika membuat kata itu tak nyaman.

Tak perlu terlalu berpikir soal fikih karena fikih itu ilmu syariat yang setiap ulama pun berbeda pendapat. Dan fikih itu benar-benar rumit.

Fokuskan saja pada hal-hal yang bisa memberdayakan. Perbanyak berbuat baik, banyak-banyak bersyukur, banyak-banyak bergaul dan bersilatur rahim siapa tahu ada rezeki, perbanyak doakan orang lain dengan tulus, dan apa pun yang bisa membuat dirimu semakin damai serta bahagia.

Ketika diri penuh dengan kebahagiaan, penuh kedamaian, penuh kegembiraan, dan penuh rasa syukur, di situlah rezeki diturunkan. Keberlimpahan pun hadir.

Yuk, berdamai dengan riba, jangan memusuhinya.

Ok, itu saja. Silahkan share jika bermanfaat.

Join dan follow channel telegram dan Instagram Saya, bisa klik link di bawah ini

Channel Telegram https://t.me/saifussalamkuncirezeki

Instagram https://www.instagram.com/saifus_salam/