Saat Kita Tiada Maka Allah Ada
Banyak orang yang sok tahu atas hidupnya. Telah merencanakan segala sesuatu, lalu dikira akan sesuai harapan. Atau mungkin mencari berbagai macam solusi atas segala persoalan yang dihadapinya, berharap akan ada perubahan ke arah yang lebih baik atau masalahnya selesai.
Lalu, apa yang didapat? Apakah benar mendapatkan apa yang diinginkan? Atau malah justru masalahnya semakin menjadi-jadi dan seolah tak ada jalan keluar?
Kebanyakan, manusia tak peroleh apa-apa. Bahkan, semakin direncanakan atau dicari solusinya, justru malah semakin jauh dari apa yang diharapkan.
Apakah Anda mengalami atau merasakannya? Ya, sebagai manusia, seringkali kita sok tahu atas masa depan hidup kita sendiri.
Mungkin Anda saat ini yang punya hutang, sudah berupaya mencari solusi, entah pinjam sana pinjam sini, atau berusaha membangun bisnis atau usaha baru dengan harapan bisa mencicil hutang atau melunasi hutangnya, dan hal-hal lain yang Anda lakukan. Namun, solusi tetap belum ketemu.
Anda lalu berpikir macam-macam, nanti kalau dipenjara gara-gara tak bisa melunasi hutang bagaimana, nanti kalau rumah disita bagaimana, nanti kalau hidup miskin bagaimana, dan sebagainya.
Ya, itu adalah ilusi pikiran. Itu adalah tipuan pikiran. Belum tentu terjadi, sudah sok-sokan meramal hidup di masa depan.
Mungkin Anda berpikir atau bertanya-tanya, bukankah manusia harus punya rencana dalam hidup. Harus punya planning dalam melakukan aktivitas? Harus mencari solusi atas masalah yang dihadapi?
Ya, itu betul sekali. Namun, jangan terlalu idealis terhadap rencana atau pikiran sendiri. Terlalu idealis, justru malah bisa membuat diri tak nyaman dan malah menjauhkan keberhasilan.
Dan sering terjadi, lupa akan adanya Allah, Tuhan semesta alam. Banyak orang yang tidak melibatkan-Nya dalam urusan kita.
Alhasil, saat kita berusaha mencari solusi, maka sebenarnya Allah menganggap bahwa kita masih bisa menemukan jalan keluarnya. Dan akhirnya, ya kita bekerja sendiri tanpa-Nya.
Sebab, kita masih ada dalam masalah kita. Padahal, jika kita menyerahkan segala persoalan kita dengan meniadakan diri kita, maka Allah-lah yang mengambil alih semuanya. Tiada daya dan upaya kecuali kekuatan-Nya.
Jika Allah yang ambil alih, kira-kira, apa yang terjadi? Tentu semuanya menjadi sangat mudah bagi-Nya.
Tetapi, masih banyak yang belum paham, bagaimana caranya menyerahkan segala urusan kepada-Nya? Atau bisa disebut berpasrah?
Ada yang berkata, Saya sudah pasrah pada Allah. Tapi, dalam dirinya masih ada ego. Masih ada rasa takut, khawatir, cemas, akan masa depannya.
Ini pasrah dari mana? Pasrah itu adalah mengenolkan diri, mengosongkan diri. Jika sudah berpasrah, yang ada hanyalah ketenangan, kedamaian, dalam diri.
Jika masih ada rasa takut, berharap, cemas, maka itu belum berpasrah. Maka, tiadakan diri, Allah akan ada untuk kita. Dan ini perlu dilatih.
Yuk, selalu berpasrah dalam setiap tarian kehidupan!