Misuh Mengumpat , Bolehkah?
Ada yang tahu misuh? Misuh itu bahasa Jawa, artinya mengumpat.
Dulu, Saya dididik secara agamis dan sarat dengan aturan-aturan akhlak atau adab yang berlaku secara agama, maupun masyarakat.
Dan tentu, Saya termasuk orang yang kalau mendengar kata-kata umpatan, sangat tidak nyaman. Apalagi, mengucapkan pisuhan atau umpatan tersebut.
Namun, sejak Saya tahu ilmu hipnoterapi, ilmu hipnosis, dan ilmu pengembangan diri, ternyata mengucapkan kata umpatan atau pisuhan itu sangat boleh.
Asal ditempatkan pada yang seharusnya.
Umpatan atau pisuhan adalah salah satu bentuk pengkespresian diri sebagai wujud penyaluran energi negatif. Dan perlu Anda tahu bahwa energi itu harus dialirkan. Kalau tidak dialirkan ya bisa berdampak buruk.
Dan pisuhan itu adalah salah satu ungkapan kekesalan, kemarahan, dan sesuatu yang tidak nyaman di dalam diri.
Ketika saya mengikuti seminarnya Ki Nuryanto, di situ peserta diajak untuk misuh-misuh, disuruh mencaci, memaki, atau mengucapkan kata-kata kasar.
Jujur, sebagai orang yang sangat anti dengan umpatan karena tidak terbiasa, saya merasa tak nyaman.
Tapi, karena disuruh untuk misuh-misuh alias mengumpat, ya sudah Saya misuh-misuh saja.
“Asu, Kakeane, Asem, dll” itu keluar dari mulut Saya.
Dan ternyata, benar. Itu bikin lega. Hahaha….
Ya, misuh itu ternyata boleh, asal pada tempatnya. Bisa dijadikan sebagai sarana terapi diri ketika sedang dalam kekesalan, tak nyaman, dan seterusnya.
Jika dirimu sedang tak nyaman dan batinmu sedang ingin misuh, maka misuhlah.
Misuhlah pada tempatnya. Di mana tempatnya? Bisa di tanah lapang, bisa di pantai, bisa di gedung besar yang sedikit sekali orang, bahkan tak ada orang.
Atau mungkin bisa pada temannya yang juga suka misuh. Bilang saja, “Saya mau misuh-misuh untuk terapi, jangan marah kalau saya pisuhi ya?” hehehe…
Baik, itu saja dulu. Share jika bermanfaat!