hiduplah dimasa kini, bukan nanti atau kemarin

Hiduplah Dimasa Kini, Bukan Nanti Atau Kemarin

Perlu Anda tahu bahwa pikiran kita disebut monkey mind, yakni selalu meloncat-loncat ke sana ke mari. Memikirkan masa depan dan masa lalu.

Dan itulah yang membuat hidup terasa tidak baik, tak nyaman, bahkan rasa khawatir, takut, cemas, dan seterusnya bisa muncul.

Ya, karena kita sering hidup di masa lalu atau masa depan. Padahal, tubuh kita ada di saat ini. Di detik ini. Di masa sekarang, bukan masa depan atau masa lalu.

Orang-orang yang menganggap dirinya banyak masalah adalah mereka yang seringkali larut dalam pikirannya. Wajar saja kita tak bahagia. Wajar saja kita tak nyaman. Wajar saja selalu kemrungsung karena mikirin hutang, mikirin pekerjaan, mikirin mantan, mikirin masa kelam.

Kita tak terlatih untuk hidup di saat ini, detik ini. Mungkin Anda bingung, maksudnya bagaimana hidup di saat ini.

Ya, hidup di masa sekarang. Anda baca postingan saya dan Anda menikmati kata-kata saya, itu artinya Anda sudah hidup di masa sekarang.

Jika Anda saat ini sedang ngupil, lalu Anda menikmati ngupil Anda, berarti Anda hidup di masa kini.

Kalau Anda sedang makan dan Anda menikmati makanan Anda dengan menikmati proses makan yang Anda lakukan. Anda sadar menyendok nasi, Anda sadar mengunyah makanan, Anda sadar merasakan rasa makanan, itu juga artinya Anda hidup di masa kini.

Anda berkendara dan Anda saat Anda berkendara, Anda pun hidup di masa kini.

Yang jelas adalah hidup di masa kini bisa menciptakan kebahagiaan. Hidup di masa kini bisa mendatangkan kedamaian. Hidup di masa kini menarik ketenangan. Hidup di masa kini mengundang ketenteraman jiwa.

Seberat apa pun masalah yang dihadapi, tapi jika masih bisa hidup di masa kini, detik ini, maka masalah itu hanyalah semu. Yang ada dan nyata adalah sekarang.

Ya, karena faktanya adalah di saat kini, bukan kemarin atau nanti. Yuk, marilah berlatih untuk hidup di masa kini.

Saya juga masih berlatih sampai kapan pun juga. Karena sebagai manusia biasa, tentu saya masih begitu kampretnya, begitu munafiknya, begitu naifnya.

Yuk, berlatih dan berlatih menumbuhkan kesadaran kita.

Share jika bermanfaat