Apakah Kita Sudah Pernah Ikhlas ?
Kemarin saya buat postingan pendek bahwa ikhlas itu adalah urusan-Nya. Manusia tak ada yang tahu apakah dirinya benar-benar sudah ikhlas atau belum.
Bahkan, saat Nabi ditanya oleh para sahabat, “Wahai Nabi, apa itu ikhlas?” Lalu, beliau menjawab, “Sebentar, Saya tanyakan kepada Malaikat Jibril,”
Nabi pun bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, Apa itu ikhlas?” Lalu, Jibril menjawab, “Saya tanyakan dulu kepada Allah,” “Wahai Allah, apa itu ikhlas?” Lalu, Allah pun berkata, “Ikhlas itu urusan-Ku,” begitulah kata Allah.
Bahkan, Imam Syafi’i yang amalnya begitu banyak, tindakan yang dianggap Ikhlas oleh Allah adalah hanya karena ada lalat minum tinta pulpennya dan dibiarkannya. Saat beliau sedang menulis, lalu ada lalat hinggap ditintanya, dan lalat itu minum air tinta dari Imam Syafi’i.
Padahal, jika Anda tahu, Imam Syafi’i adalah ulama’ besar yang amalnya sudah begitu banyaknya. Lalu kita apa? Aku mah apa atuh. Hehehe…
Lantas, apa istilah apa yang cocok dan pas buat kita? Kata yang menurut Saya tepat adalah menerima, rela, dan legowo. Atau jika memang sudah terbiasa dengan kata ikhlas, ya boleh lah pakai istilah ikhlas.
Yang jelas, sikap menerima inilah yang bisa mendekatkan diri kepada keikhlasan, meski belum tahu apakah itu sudah terhitung ikhlas atau belum.
Lalu, menerima dalam hal apa? Dalam hal apa pun. Jika saat ini sedang menerima musibah, belajar menerima, rela, dan legowo.
Sedang banyak pekerjaan, legowo. Istri ngomel, legowo. Suami marah-marah, legowo. Dan terima kondisi saat ini, maka beban akan terasa ringan.
Dengan tetap melakukan upaya dan ikhtiar sebisa dan semampunya untuk siap menerima dan menjemput rezeki yang sudah Allah siapkan untuk kita.
Bukan berarti menerima, rela, dan legowo ini lalu tak melakukan apa-apa. Itu menyerah namanya.
Jadi, apakah selama kita hidup, kita sudah pernah ikhlas? wallahu a’lam.