Bolehkah Berdagang Pada Allah?
Jika Saya amati, masih begitu banyak orang yang berdagang kepada Allah, kepada Tuhannya dengan rangkaian ritual ibadah yang dilakukan
Kenapa Saya katakan berdagang? Ya, karena ibadahnya ditukar dengan kemudahan rezeki, hajat, dan segala urusan duniawi, bahkah ukhrowi, yaitu agar masuk surga
Baca sholawat sekian ratus, sekian ribu, sekian puluh ribu agar rezekinya mudah. Baca dzikir ini dan itu agar hajatnya terkabul, rajin ibadah agar masuk surga, dan sebagainya
Lho, bukankah Rosul mengajarkan demikian? Memang, ada bagian ajaran dari Nabi yang demikian.
Hanya saja, jika ditelisik lebih dalam lagi, ajaran nabi itu ada level-levelnya dan ada tingkatannya.
Bagi para sahabat nabi yang memang kesadarannya belum bertumbuh, atau memang belum punya kesadaran akan ibadah, ya itulah yang disampaikan oleh Nabi
Namun, bagi para sahabat yang memang kesadarannya sudah lebih tinggi, maka ajaran seperti itu sudah tidak relevan lagi
Mereka sudah tak lagi menggunakan amalan, wirid, dan beragam ritual sebagai sistem barter urusan dunianya. Entah beurpa kemudahan rezeki atau kemudahan hajatnya.
Batinnya sudah berserah totalitas kepada Allah. Malahan, para sahabat nabi yang memang benar-benar sudah berserah totalitas, duniawi didapatkan
Ya, itu bagi yang memang kesadarannya sudah bertumbuh.
Lantas, pertanyaannya sekarang, apakah tak boleh berdagang kepada Allah dengan beragam ritual yang dilakukan?
TAK MASALAH
Silahkan, jika memang kesadaran Anda masih kesadaran pada berdagang kepada Allah. Tapi, Anda perlu berhati-hati juga
Semakin Anda berdagang kepada Allah, bisa saja semakin melekat diri Anda pada keinginan. Ingin rezeki mudah, ingin segera lunas hutang, ingin hajat segera terkabul
Dan seperti yang sudah seringkali Saya katakan, ketika kemelekatan semakin kuat, maka itu akan menjauhkan dari kemudahan dan menjauhkan dari hajat-hajat untuk terkabul
Sebab, biasanya orang yang sering berdagang kepada Allah dengan beragam amalan dan ritual, kemelekatannya sangat kuat
Ingat, rezeki itu sebenarnya tidak ada kaitannya dengan ibadah, ritual, dan beragam amalan-amalan.
Karena rezeki itu sudah dijamin oleh Allah untuk para makhluk-Nya di bumi. Bahkan, para pendosa pun bisa saja rezekinya malah jauh berlimpah ketimbang orang-orang yang taat beribadah
Ini bukan soal istidroj. Tapi, pada kesadaran keberlimpahan di dalam dirinya
Sekuat apa pun ibadah dan ritual yang Anda lakukan, jika itu malah semakin membuat Anda melekat pada hasilnya, maka jangan harap Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan
Itulah kenapa, ada orang yang amalannya kuat, rezekinya juga lancar. Ada juga yang amalannya kuat, rezekinya masih saja seret. Dan yang kedua ini malah lebih banyak
Lalu, apa yang membedakannya?
Perbedaannya adalah pada kemelekatan dan kesadaran akan rezekinya.
Semakin berkeinginan, semakin melekat, semakin rendah kesadaran akan rezekinya. Sebaliknya, semakin berserah, semakin melepas, semakin tinggi kesadaran akan rezeki, di sinilah kemudahan rezeki terjadi.
Jadi, cek diri Anda. Jika Anda rajin baca amalan, wirid, dzikir, ibadah, atau apa pun, masihkah sulit rezeki Anda?
Jika memang demikian, bisa jadi kemelekatan Anda pu masih kuat. Wajar saja, rezeki sulit.
Jadi, silahkan Anda berdagang kepada Allah. Bahkan, terkadang Saya pun juga masih berdagang kepada Allah.
Sebab, Saya masih manusia biasa yang masih tetap berlatih dan selalu berlatih untuk menumbuhkan kesadaran Saya dalam mengarungi kehidupan ini
Tapi ingat, keberserahan dirilah yang jauh lebih penting. Sebab, puncak dari sebuah keilmuan adalah keberserahan, yakni pasrah total kepada Allah
Yuk, berlatih untuk selalu menumbuhkan kesadaran diri dan berlatih berserah total pada sang ilahi
Sekian dulu. Silahkan share jika bermanfaat. Tak perlu minta izin Saya. Hehehe…