Terima Kasih Suamiku

“Beras sudah habis, Mas” kataku pada suamiku.

“Ya, nanti sore beli di warung Mbok Yem setelah aku pulang kerja,” timpalnya.

Ya, kami termasuk keluarga yang hidup sederhana. Suamiku kerja sebagai ojol. Penghasilannya tidak tentu. Apalagi saat ada pandemi seperti ini. Orderan juga sepi

Tapi, ayah dari 2 anak ini tetap selalu berusaha untuk menghidupi aku dan anak-anaknya.

“Mas, apa nggak sebaiknya, aku kerja juga?”

“Kamu mau kerja apa? Kasihan anak-anak. Mereka membutuhkanmu. Nggak ada yang urus nanti,”

“Ya, bisa kita titipkan sama Ibu kan?”

“Jangan. Ibu sudah sepuh (tua). Jangan repoti beliau. Sudah, kamu tenang saja. Tak perlu mikir soal keuangan. Aku kan kepala keluarga di sini. Jadi, aku saja yang cari uang,”

Begitulah suamiku. Dia seorang pekerja keras memang. Sejak masih jejaka, dia sangat rajin bekerja.

Dulu, pernah punya usaha konveksi yang cukup sukses sebelum menikah denganku. Tapi, karena ditipu rekan bisnisnya, akhirnya usahanya bangkrut.

Dan saat menikahiku, kondisi ekonominya memang belum stabil hingga aku sudah punya 2 anak sekarang ini bersamanya.

Tapi, yang jelas, aku sangat menyayangi dan mencintai suamiku.

“Aku pergi dulu ya,” suamiku pamit denganku.

“Iya Mas,” sambil aku cium tangannya dan dia kecup keningku.

“Salim sama Ayah ya,” perintahku pada 2 anakku yang masing-masing usianya 3 dan 5 tahun. Lalu, mereka pun cium tangan ayahnya.

Suamiku pun mengecup pipi mereka berdua. “Dada ayah,” begitu kataku dan anak-anak.

Doa terbaik untuk suamiku, “Ya Allah, terima kasih Engkau telah menganugerahi seorang suami yang begitu sayang padaku dan keluarganya. Mudahkanlah jalan rezeki keluarga kami lewat suamiku, berkahilah pekerjaannya, dan berkahilah kami rezeki yang halal dan berlimpah,” Amin

Begitulah doa yang selalu kulantunkan ketika suamiku sudah pergi bekerja. Ya, doa tulus dari seorang istri aku yakin bisa menembus pintu langit.

Hari-hariku bersama anak-anak memang cukup melelahkan, tapi juga menyenangkan. Itu sebabnya, aku pun tak tega kalau anak-anakku dirawat oleh orang lain

Aku ingin melihat mereka bisa tumbuh dan berkembang dari didikanku. Benar kata suamiku. Mereka butuh aku, sosok seorang ibu, teman, dan juga guru baginya di rumah.

Sebab, sedikit-sedikit begini, aku juga belajar ilmu parenting (ilmu mendidik dan mengasuh anak).

Aku praktekkan sebisa, semampu, dan setahuku. Aku juga sering sharing dengan suamiku tentang ilmu parenting ini. Dan dia sangat terbuka akan hal ini.

Hari pun semakin sore. Suamiku sebentar lagi pulang. Anak-anak sudah mandi dan aku pun sudah dandan cantik buat suamiku.

“Itu Ayah sudah datang,” kataku pada anak-anak

“Hore ayah datang……..” terik riang anak-anakku.

“Assalamualaikum,” ucapan salam dari suamiku sambil tersenyum

“Waalaikumsalam,” jawabku dan jawab anak-anak yang sedikit agak belum jelas bicaranya.

Usai cuci tangan, kucium tangannya. Begitu pula dengan anak-anak.

“Alhamdulillah, aku tadi bisa beli beras. Ini untuk persediaan kita ya. Dan alhamdulillah, cukup ramai ini tadi orderannya,” kata suamiku.

Suamiku memberikan berasnya kepadaku untuk aku simpan dan memberikan beberapa lembar uang padaku.

“Mandi dulu Mas, sudah aku siapkan air hangat untukmu,” kataku. Segera bergegas suamiku untuk ambil handuk dan mandi.

Setiap malam, kami sering diskusi dan bercengkerama. Anak-anak juga main sama ayahnya.

Pernah, suatu ketika, suamiku sharing tentang sebuah ilmu yang menurutku sangat dalam maknanya.

Dia mengatakan bahwa membahagiakan anak dan istri bisa melancarkan rezeki. Sebab, kebahagiaanlah sumber rezeki berkah dan keberlimpahan dalam keluarga

Itu sebabnya, dia selalu berusaha untuk membahagiakan aku dan anak-anak dari nafkah lahir batinnya.

Dan satu lagi, untuk mengurangi keluhan. Justru, memperbanyak rasa syukur. Itu adalah pelajaran sangat penting yang selalu aku ingat

Termasuk juga melayani suami dan mengurus rumah tangga sebaik-baiknya, itu juga bisa melancarkan rezeki.

Baru 1 bulan yang lalu dia berpesan padaku seperti itu.

Sebab, memang pada bulan lalu, dia baru mendapatkan ilmu yang sangat berharga itu dari salah seorang temannya yang memang telah mempraktekkan selama bertahun-tahun

Dan temannya ini sekarang menjadi pengusaha sukses. Suamiku ingin meniru dan mempraktekkan ilmunya.

Hari demi hari berlalu, suamiku memang bekerja sangat keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan keluarga kami dan untuk bisa menabung.

Sering pulang cukup larut malam karena mencari banyak orderan.

Hingga, sampi-sampai pernah sakit selama beberapa hari. Terlalu terforsir. Sebab, dia punya keinginan untuk bisa punya usaha sendiri.

Tentunya, kalau sakit tak bisa pergi bekerja. Ya, itu tak masalah. Yang penting suamiku sehat.

“Jangan terlalu diforsir, kasihan tubuhnya, perlu istirahat juga,” kataku.

“Maaf ya, malah merepotkanmu dan tak bisa bekerja,” begitu kata suamiku.

“Tak perlu minta maaf, bersyukur saja karena diberi sakit. Artinya, masih disayang oleh Allah,” timpalku

“Iya bener juga. Masa’ yang diterima cuman sehat aja. Saat sakit, nggak mau nerima. Terima kasih telah mengingatkanku istriku,” jawab suamiku.

Aku pun mengangguk dan tersenyum untuknya.

Ya, aku cukup sedikit merenung dengan ucapan suamiku. Saat sehat bisa menerima dan bersyukur, saat sakit kenapa tidak terima dan malah ngeluh?

Ini dalem banget maknanya. Sebab, kebanyakan orang mau menerima enaknya saja, saat tak enak tak mau.

Suamiku sakit selama 3 hari dan hari ini sudah bisa bekerja kembali. Dalam setiap langkahnya dalam bekerja, dia selalu mengucapkan syukur atas segala karunia yang telah Allah berikan

Ya, alhamdulillah. Keluarga kami selalu berlatih untuk terus bersyukur dan bahagia. Meski memang tak mudah, tapi kami tetap berlatih untuk itu

Sebab, semuanya memang perlu dilatih dan dilatih.

Hingga akhirnya, kami pun sudah lebih mudah untk bersyukur dan sangat jarang mengeluh.

Dan alhamdulillah. Banyak sekali keajaiban yang kami dapatkan dengan berlatih seperti itu

Banyak rezeki tak diduga-duga, orderan ojol suami berlimpah, hingga akhirnya kami bisa punya bisnis online sendiri.

Ya, kami buka usaha jual makanan secara online. Alhamdulillah, suami tidak perlu lagi kerja sebagai ojol, tapi ngurusi bisnis makanan yang sedang kami kelola

Dan, aku pun bisa bantu suami di rumah untuk mengembangkan usahanya. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.

Terima kasih suamiku, kau telah mengajarkanku arti sebuah kebersyukuran.

Pengorbananmu pada keluarga membuatku selalu bahagia dan terpancar dari kebahagiaan dari istri serta anak-anakmu membuat rezeki selalu mengalir tanpa diduga.

Terima kasih ya Allah atas keberlimpahan rezeki yang tiada henti-hentinya. Tanpa kusadari, air manatu menetes haru, bahagia atas begitu besarnya Allah berikan kemurahan rezeki dalam hidupku dan keluargaku.

Terima kasih, terima kasih, terima kasih.

(Ini adalah cerita fiktif. Jika ada kesamaan tokoh, itu ketidaksengajaan)

Info Kelas Online detail WA Mbak Lisa 08112577758

Jika ada yang berkenan, bisa join dan follow channel telegram dan Instagram Saya, klik link di bawah ini

Channel Telegram https://t.me/saifussalamkuncirezeki

Instagram https://www.instagram.com/saifus_salam/