Mau Bahagia? Lepaslah Keakuan Diri
Jujur, hingga kini Saya masih belajar tentang ini. Masih berlatih soal ini. Jangan anggap Saya seorang guru, ustadz, master, coach, atau siapa pun.
Saya tidak layak dengan gelar itu. Saya hanya manusia biasa yang penuh dengan kekhilafan, dosa, dan masih juga memakai topeng. Ya, topeng kehidupan.
Tulisan ini untuk mengingatkan diri Saya pribadi terutama dan untuk Anda pada umumnya. Betapa banyak orang yang masih mempunyai ego yang tinggi. Masih memiliki keakuan yang kuat.
Ingin doanya terkabul. Semakin berdoa, malah tak nyaman dan doanya malah semakin menjauh. Ingin punya banyak uang. Semakin punya keinginan untuk itu, malah uangnya menghindar. Ingin segera punya jodoh. Semakin berkeinginan, malah jodohnya belum juga dapat.
Masih suka mengakui apa yang dimilikinya adalah kepunyaannya. Pekerjaan, usaha, bisnis, anak, istri, rumah, mobil, dan sebagainya.
Masih menggenggam dengan apa yang saat ini masih bisa dinikmatinya. Enggan untuk berlatih melepas apa yang menjadi genggamannya.
Itulah kenapa, banyak orang yang tidak bahagia dengan semua itu. Punya keinginan dan mengejar keinginannya, tanpa berserah dan menyerahkan segala upayanya kepada-Nya.
Masih mengakui bahwa apa yang dimiliki adalah kepunyaannya. Dan semakin digenggam, baik keinginannya dan apa yang menjadi miliknya itu, justru malah membuatnya menderita.
Sahabat, apa yang membuat kita menderita sebenarnya bukan di luar dari diri kita. Tapi apa yang ada di dalam diri kita.
Di luar dari diri kita itu adalah sesuatu yang tak bisa kita kontrol. Yang bisa kita kendalikan dan kita kontrol adalah diri kita ini.
Sayangnya, masih banyak yang seringkali mencoba mengontrol apa yang ada di luar dari dirinya. Masih menggenggam keakuan diri. Masih berkata, “ini usahaku, ini bisnisku, ini mobilku, ini kendaraanku, ini rumahku, cita-citaku harus terkabul, dan sebagainya”
Ketika masih ada keakuan di dalam diri dan selalu menggenggamnya, maka menderitalah kita. Otomatis, tak ada rasa bahagia.
Ya, karena kita tak mau melepas keakuan diri inilah, maka kebahagiaan menjauh dari diri kita. Ketika diri tak bahagia, bagaimana rezeki bisa tiba.
Mustahil. Sebab, rezeki itu datang di saat kebahagiaan di dalam diri sudah ada.
Yuk, jika mau bahagia, berlatihlah untuk melepas keakuan diri kita. Kita tak punya apa pun. Tubuh fisik kita, bahkan nyawa kita pun bukan milik kita.
Berlatihlah untuk mengikis ego. Berlatihlah melepas kemelekatan. Melekat dengan harapan, melekat dengan keinginan, melekat dengan apa pun yang masih merasa milik kita.
Berlatihlah untuk selalu menyadari bahwa hidup ini adalah perjalanan untuk melepas keakuan, melepas ego, dan melepas kemelekatan.
Saat semuanya bisa kita lepaskan, maka kebahagiaan datang. Di situlah sebenarnya surga sudah tercipta meski masih berada di alam dunia.
Mari, bersama-sama untuk berlatih bahagia dan membahagiakan diri dengan berlatih melepas.