Latihlah Terus Otot Kebaikan Kita

Jangankan kebaikan, kejahatan juga perlu dilatih. Ya, orang yang jahat itu tidak tiba-tiba jahat. Mereka perlu latihan untuk menjadi jahat. Entah disadari ataukah tidak.

Begitu juga dengan kebaikan, ini pun perlu dilatih. Kebaikan di sini tidak hanya baik untuk orang lain. Termasuk juga untuk diri sendiri dan semesta.

Anda pun tahu bahwa apa yang kita tanam, maka akan kita tuai. Ketika Anda berbuat baik, katakan membantu orang lain, menyantuni fakir miskin, sedekah, nraktir teman, bantu kasih pinjam uang teman atau saudara yang memang sedang butuh, bahkan, sekadar mendoakan orang lain dengan tulus, maka itu semua akan kembali kepada Anda.

Sayangnya, terkadang banyak orang yang tak sadar akan hal ini. Meski sudah tahu dalilnya, meski sudah tahu ilmunya, tapi karena tidak selalu dilatih, ya hanya sebatas pengetahuan saja. Tidak diamalkan dan lupa dipraktekkan.

Termasuk juga ketika Anda ingin membeli makanan yang cukup mahal, lalu Anda berpikir keras, mempertimbangkan dan memperhitungkan dengan teramat, apakah Anda rela mengeluarkan uang lebih banyak hanya sekadar makan untuk diri Anda sendiri?

Ini juga perlu dilatih. Apakah Anda irit atau pelit dengan diri Anda? Jika Anda pelit dan merasa sayang dengan uang yang akan Anda keluarkan, padahal untuk diri Anda sendiri, berarti Anda belum ada kebaikan untuk diri Anda.

Irit dengan pelit memang beda tipis. Jika Anda merasa bahwa Anda sayang mengeluarkan uang dan uang Anda kumpulkan untuk menumpuk kekayaan Anda. Pokoknya kalau keluar uang itu penuh pertimbangan sampai-sampai Anda tidak rela kalau uang itu keluar, itu namanya pelit.

Tapi, jika Anda memang merasa belum butuh mengeluarkan uang dan uangnya ingin Anda gunakan untuk kebutuhan yang lebih penting lagi, nah itu bisa disebut irit.

Intinya, kalau pelit, ada rasa tak rela dan seolah ada rasa tamak dengan uang yang Anda miliki. Sedangkan jika irit, ada alokasi dana untuk hal lain yang menurut Anda lebih penting lagi. Soal irit atau pelit ini, bisa dikenali dengan rasa.

Rasakan saja sendiri. Apakah ada rasa tamak, rakus, menumpuk uang, dan sayang banget jika uangnya keluar atau tidak.

Ketika Anda membeli makanan yang enak untuk diri Anda, yang menurut Anda lebih mahal, itu sebenarnya Anda sedang memberikan kebaikan untuk diri Anda sendiri. Jika memang selama ini Anda sangat jarang melakukannya. Ya, tubuh Anda pun perlu dilayani dengan baik.

Diri Anda, jiwa Anda, tubuh Anda sendiri saja butuh Anda beri kebaikan. Dan ini perlu dilatih jika Anda belum terbiasa. Apalagi memberikan kebaikan untuk orang lain, untuk hewan peliharaan Anda, untuk kucing tetangga, dan sebagainya.

Sampai saat ini, saya pun masih berlatih untuk meningkatkan kebaikan sebisa dan semampu Saya. Saat Saya sedang sendiri, waktu pulang kerja, di jalan ketika saya melihat siapa pun, Saya doakan kebahagiaan, kemuliaan, dan keberlimpahan pada orang tersebut.

Ketika Saya melihat orang yang sedang jualan, Saya doakan agar jualannya laris dan cepat habis. Ketika Saya melihat kendaraan di depan saya, maka Saya doakan agar selamat sampai tujuan, dan sebagainya.

Tentunya, hal ini pun ketika Saya sedang ingat dan saat Saya sedang sadar. Sebab, sebagai manusia, tentu Saya sering lupa. Nah, ketika Saya sedang lupa atau sedang tidak sadar, tentunya Saya tidak melakukannya.

Itulah kenapa, perlu dilatih agar kita lebih dominan sadar.

Sekali lagi, kebaikan perlu dilatih ototnya. Sama halnya dengan otot syukur, otot ikhlas, otot pasrah, otot bahagia, semuanya perlu dilatih. Dan yang tak kalah penting, latih juga otot kesadaran kita.

Yuk, mulai dilatih dari hal terkecil.

Share jika bermanfaat